Dalam bab ini
anda akan mempelajari termodinamika, suatu cabang ilmu fisika yang
mempelajari hukum-hukum dasar yang dipatuhi oleh kalor dan usaha. Dalam
termodinamika gas, anda mempelajari tentang perubahan energi dalam.
Termodinamika juga nelibatkan usaha yang dilakukan dan kalor yang
disuplai atau hilang dari suatu gas.
Hukum Pertama Termodinamika
Sistem
didefinisikan sebagai sejumlah zat dalam suatu wadah, yang menjadi pusat
perhatian kita untuk di analisis. Segala sesuatu di luar sistem disebut
lingkungan. Sistem dipisahkan dari lingkungan oleh suatu batas sistem
seperti gambar di atas. Batas ini bisa tetap atau bergerak, misalnya
penghisap.
Pengertian Usaha, Kalor, dan Energi Dalam
Pengertian Usaha dan Kalor
Usaha yang
dilakukan pada (atau oleh) sistem adalah ukuran energi yang dipindahkan
dari sistem ke lingkungan atau sebaliknya. Sedangkan energi mekanik
(kinetik atau potensial) sistem adalah energi yang dimiliki sistem
akibat gerak dan koordinat kedudukannya. Dengan demikian, ketika anda
melakukan usaha pada suatu sistem, energi dipindahkan dari diri anda ke
sistem. Adalah istilah yang slah konsep jika anda menyatakan tentang
usaha adalah sebuah sistem. Istilah yang benar adalah mengatakan bahwa
usaha dikerjakan pada (atau oleh) sebuah sistem.
Kalor mirip
seperti usaha, yaitu hanya muncul jika terjadi perpindahan energi antara
sistem dan lingkungan. Kalor muncul ketika energi dipindahkan akibat
adanya perbedaan suhu atau perubahan wujud zat. Jadi, istilah kalor
sebenarnya kurang tepat, yang tepat adalah aliran kalor.
Pengertian energi Dalam
Ketika suatu
benda sedang bergerak, benda tersebut memiliki energi kinetik dan
berdasarkan energi kinetik ini benda dapat melakukan usaha. Serupa
dengan itu, benda yang berada pada ketinggian tertentu dari suatu acuan
memiliki energi potensial dan berdasarkan energi potensial ini benda
juga dapat melakukan usaha. Kedua macam energi ini disebut energi luar
(external energy).
Sebagai
tambahan terhadap energi luar ini, setiap benda memiliki energi yang
tidak tampak dari luar. Energi ini disebut energi dalam. Energi dalam
berhubungan dengan aspek mikroskopik zat. Kita ketahui bahwa setiap zat
terdiri dari atom-atom atau molekul-molekul yangbergerak terus-menerus.
Dari getaran ini, zat memiliki energi kinetik. Antara molekul-molekul
zat juga terdapat gaya yang disebut gaya antarmolekul. Karena gaya antar
molekul ini, molekul-molekul memiliki energi potensial. Jumlah energi
kinetik dan energi potensial yang berhubungan dengan atom-atom atau
molekul-molekul zat disebut energi dalam. Untuk gas ideal, gaya
antarmolekul dapat diabaikan, sehingga energi potensial molekul-molekul
adalah nol. Dengan demikian, energi dalam hanyalah total energi kinetik
dari seluruh molekul.
Energi dalam
adalah suatu sifat mikroskopik zat, sehingga tidak dapat diukur secara
langsung. Yang dapat diukur secara tidak langsung adalah perubahan
energi dalam (notasi DU), yaitu ketika sistem berubah dari keadaan awal (diberi indeks 1) ke keadaan akhir (diberi indeks 2).
DU = U2 – U1
Formulasi Usaha, Kalor dan Energi Dalam
Formulasi Usaha
Formulasi Usaha
Perhatikan
suatu sistem gas yang berada dalam wadah silinder yang ditutup oleh
sebuah penghisap yang dapat bergerak. Tekanan dalam sistem dijaga tetap
oleh tekanan atmosfer dan berat penghisap beserta balok di atasnya.
Proses yang terhadi pada tekanan tetap disebut proses isobarik. Apa yang
terjadi ketika bagian bawah wadah dipanaskan oleh sebuah pembakar
bunsen? Tampak penghisap berpindah ke atas dan berhenti pada kedudukan
baru, seperti ditunjukkan pada gambar di atas. Perpindahan kedudukan
penghisap disebabkan oleh usaha yang dilakukan gas (sistem) terhadap
penghisap dan balok di atasnya (lingkungan). Bagaimanakah bentuk
persamaannnya?
Usaha W dapat
dihitung dari persamaan: W = F.s dengan F adalah besar gaya dan s adalah
besar perpindahan. Gaya F ditimbulkan oleh tekanan gas p yang bekerja
pada bagian bawah penghisap, yang besarnya F = p.A., sehingga usaha W
dapat ditulis: W = (pA).s. Karena A.s sama dengan perubahan volume gas,
DV = V2 – V1, dengan V2 dan V1 adalah volume akhir dan awal, maka usaha W dapat dinyatakan oleh persamaan
Rumus W = pDV,
hanya dapat digunakan untuk menghitung usaha gas pada tekanan tetap.
Jika tekanan gas berubah, usaha W harus dihitung dengan cara integral.
Secara umum, usaha dihitung dengan integral berikut:
Anda telah
mengetahui bahwa jika grafik tekanan terhadap volume (grafik p-V)
diberikan, arti geometris dari persamaan di atas adalah luas di bawah
kurva.
Usaha yang dilakukan oleh (atau pada) sistem (gas) sama dengan luas daerah di bawah grafik p-V dengan batas volum awal, V1, sampai dengan volume akhir, V2.
Bagaimanakah kita mengitung usaha yang dilakukan oleh (pada) sistem gas yang menempuh proses siklus, yaitu berawal dari satu keadaan (titik) menempuh beberapa lintasan untuk akhirnya kembali lagi ke keadaan (titik) tersebut (gambar di atas)?
Kita dapat menghitungnya sebagai berikut:
Usaha
yang dilakukan oleh (atau pada) sistem gas yang menjalani suatu proses
siklus (grafik p-V-nya diberikan) sama dengan luas daerah yang dimuat
oleh siklus tersebut (luas daerah yang diarsir pada gambar di atas).
Formulasi Kalor
Kalor yang diserap (atau diberikan) oleh sistem gas dapat dihitung dari rumus kalor yang telah dipelajari di kelas X, yaitu
Report this ad
Dengan c adalah kalor jenis gas dan C adalah kapasitas kalor gas.
Formulasi Energi Dalam
Telah anda ketahui bahwa untuk gas ideal, energi dalam gas sama dengan total energi kinetik dari seluruh molekul-molekul gas.
Dengan:
N = jumlah molekul
n = besar mol
k = tetapan Boltzmann (k = 1,38 x 10-23 J/K)
R = tetapan umum gas (R = 8,31 J/mol = 8310 J/kmol)
Tentu saja perubahan energi dalam DU untuk sistem yang berubah dari suhu awal T1 ke suhu akhir T2 dapat dinyatakan sebagai:
Persamaan di
atas dengan jelas menunjukkan bahwa perubahan energi dalam sistem hanya
bergantung pada suhu awal dan suhu akhir. Dengan kata lain, perubahan
energi dalam DU hanya bergantung pada keadaan awal dan keadaan
akhir sistem, dan tidak bergantung pada lintasan yang ditempuh sistem
untuk mencapai keadaan itu. Karena itu, energi dalam termasuk fungsi
keadaan.
Proses-proses Termodinamika Gas
Proses Isobarik
Proses isobarik adalah proses perubahan keadaan gas pada tekanan tetap. Persamaan keadaan untuk proses isobarik (p tetap) adalah
Ini adalah hukum Gay lussac. Grafik p-V isobarik ditunjukkan pada gambar di atas. Sedangkan rumus usahanya, yaitu:
Proses Isokhorik
Report this ad
Proses
isokhorik atau isovolumik adalah proses perubahan gas pada volume
tetap. Persamaan keadaan untuk proses isokhorik (V tetap) adalah
Ini adalah hukum Charles.Grafik p-V untuk proses ini ditunjukkan pada gambar di atas, berupa garis lurus vertikal.
Karena volume
tatap, tekanan gas di dalam wadah naik, dan gas melakukan gaya yang
makin membesar pada dinding. Walaupun gaya yang sangat besar dapat
dibangkitkan dalam wadah tertutup, usaha sama dengan nol karena dinding
wadah tidak berpindah. Ini konsisten dengan luas daerah di bawah grafik
p-V, yaitu luas daerah di bawah garis lurus vertikal pada gambar di atas
adalah nol.
Proses Isothermal
Proses
isothermal adalah proses perubahan keadaan gas pada suhu tetap.
Persamaan keadaan untuk proses isothermal (T tetap) adalah
Ini adalah hukum Boyle. Grafik p-V proses isothermal pV = C atau p =C/V berbentuk hiperbola, seperti ditunjukkan pada gambar di atas.
Report this ad
Usaha
yang sama dengan luas daerah di bawah grafik p-V (luas raster pada
gambar di atas) harus dihitung secara integral dengan menggunakan
persamaan:
Dari persamaan gas ideal telah kita peroleh , sehingga:
Karena nRT
tetap, maka faktor tersebut dapat dikeluarkan dari tanda integral.
Kemudian, dengan menggunakan sifat integral , kita peroleh:
Proses Adiabatik
Report this ad
Proses
adiabatik adalah proses perubahan keadaan gas di mana tidak ada aliran
kalor yang masuk ke dalam sistem atau ke luar sistem. (Dengan kata lain,
pada proses adiabatik Q = 0). Persamaan keadaan proses adiabatik dapat
diturunkan dengan menggunakan teknik integral, hasilnya adalah
Dengan g >1
merupakan hasil perbandingan kalor jenis gas pada tekanan tetap Cp dan
kalor jenis gas pada volume tetap Cv (disebut juga tetapan Laplace).
Untuk gas ideal, , sehingga persamaan .gral …/mol = 8310 J/kmol) dapat ditulis dalam bentuk:
Report this ad
Gambar di atas
menunjukkan grafik p-V proses pemuaian adiabatik (garis lengkung yang
diberi tanda panah) yang memotong lengkung isothermal pada suhu awal
yang lebih tinggi [T1 = p1V1(nR)] dan suhu akhir yang lebih rendah [T2 = p2V2(nR)]. Luas raster di bawah grafik adiabatik menyatakan usaha yang dilakukan gas.
Siklus Carnot
Walaupun mesin
uap telah dikembangkan oleh James Watt dan lainnya, dasar untuk
mengerti prinsip-prinsip umum mesin kalor baru muncul tahun 1824 tatkala
insinyur Perancis Nicolas Leonard Sadi Carnot (1796 – 1832)
mempublikasikan suatu laporan tentang subjek ini. Dalam mengerjakan
subjek ini, Carnot merumuskan ide-ide dasar dari termodinamika. Ia
mengatakan bahwa semua perpindahan berhubungan dengan kalor. Tidak ada
perbedaan apakah pergerakan ini terjadi karena kejadian alam, seperti
hujan, badai, gempa bumi, dan letusan gunung berapi, ataukah terjadi di
dalam peralatan-peratalan mekanik seperti mesin kalor. Dalam pandangan
ilmu pengetahuan modern, visi alamiah Carnot sangatlah sederhana, tetapi
pengertiannya tentang kalor sebagai penyebab pembangkitan daya secara
esensial adalah tepat.
Carnot dapat
memahami proses dasar yang mendasari usaha oleh semua mesin. Proses itu
adalah perubahan dari satu bentuk energi (kalor) menjadi bentuk energi
lain (usaha mekanik). Ia berhasil mengenali bahwa usaha dapat dilakukan
hanya ketika suatu mesin kalor ideal yang bekerja secara siklus dan
dapat balik (reversibel) di antara dua suhu. Disebutkan bahwa mesin
carnot tidaklah memiliki effisiensi 100%, tetapi merupakan mesin yang
effisiensinya paling besar dari semua mesin yang mengubah kalor menjadi
suhu. Carnot menganalisis perubahan energi selama satu siklus dari
performa mesin dan menentukan kondisi-kondisi untuk mencapai effisiensi
maksimum. Perhatikan diagram siklus Carnot berikut ini!
- Proses a ke b, gas mengalami pemuaian isotermal, menyerap kalor Q1 dari reservoir suhu tinggi T1 dan melakukan usaha.
- Proses b ke c, gas mengalami pemuaian adiabatik dan melakukan usaha.
- Proses c ke d, gas mengalami pemampatan isotermal, membuang kalor Q2 ke reservoir suhu rendah T2, usaha dilakukan pada gas.
- Proses d ke a (kembali ke kedudukan awal), gas mengalami pemampatan adiabatik dan usaha dilakukan pada gas.
Pada proses pemuaian isotermal (dari A ke B) kalor Q1 diserap, dan pada proses pemampatan isotermal (dari C ke D) dilepaskan kalor Q2. Dalam siklus Carnot, tidak terjadi perubahan energi dalam (DU= 0), sehingga sesuai dengan hukum pertama termodinamika:
Dengan Q1 dan Q2 adalah besaran yang bernilai positif. Proses ditunjukkan secara skematis pada gambar berikut.
Persamaan persis sama seperti persamaan yang telah kita pelajari sebelumnya pada mesin kalor. Kedua persamaan ini sama karena mesin Carnot termasuk mesin kalor. Oleh karena itu, persamaan effisiensi mesin Carnot dalam Q1 dan Q2 akan persis sama dengan effisiensi mesin kalor yang telah kita nyatakan sebelumnya dalam persamaan:
Report this ad
Telah
anda ketahui bahwa untuk fluida kerja gas ideal, energi dalam U
sebanding dengan suhu mutlak T. Dari pernyataan ini ditambah dari
penjelasan terinci tentang proses-proses pada siklus Carnot untuk suatu
gas ideal dapat ditunjukkan bahwa
Dengan demikian, effisiensi mesin Carnot dalam suhu mutlak T dapat dinayatakan dengan
Dapat
ditunjukkan bahwa semua mesin reversibel yang bekerja dalam siklus
antara dua sumber kalor yang sama memiliki effisiensi yang sama, apapun
fluida kerjanya. Selain itu, tidak ada jenis mesin yang bekerja di
antara dua sumber yang sama dapat memiliki effisiensi yang lebih besar
daripada effisiensi Carnot. Bahkan, walaupun tidak ada rugi panas karena
gesekan dan kebocoran kalor, effisiensi maksimum mutlak suatu mesin
kalor tetap akan dinyatakan oleh persamaan . Effisiensi dari mesin kalor
nyata apapun selalu lebih kecil daripada effisiensi mesin ideal (mesin
Carnot). Tabel berikut memberikan contoh effisiensi beberapa mesin.
Report this ad
Mesin Pendingin
Hukum kedua termodinamika berpegang
kepada kecenderungan alamiah kalor untuk mengalir dari benda panas ke
benda dingin. Analogikan dengan air yang cenderung mengalir dari tempat
yang tinggi ke tempat yang lebih rendah. Air dapat dipaksa mengalir dari
tempat yang rendah ke tempat yang tinggi oleh sebuah pompa. Tentu saja,
kalor juga dapat dipaksa mengalir dari benda dingin ke benda panas
dengan melakukan usaha pada sistem. Peralatan yang bekerja dengan cara
ini disebut mesin pendingin (gambar di samping), sedangkan proses yang dialami sistem atau pompa kalor disebut proses pendinginan.
Perbandingan gambar mesin kalor dengan
gambar mesin pendingin menunjukkan bahwa arah-arah anak panah yang
melambangkan kalor dan usaha dalam proses pendinginan berlawanan dengan
yang dimiliki oleh proses mesin kalor. Meskipun demikian, energi adalah
kekal selama proses pendinginan, seperti halnya dalam proses mesin
kalor, sehingga Q1 = Q2 + W. Lebih jauh lagi, jika
proses yang terjadi adalah reversibel, kita memiliki peralatan ideal
yang disebut pendingin Carnot. Untuk peralatan ideal ini, hubungan
tetap berlaku seperti mesin carnot.
Peralatan sehari-hari yang termasuk mesin pendingin adalah lemari es (kulkas) dan pendingin ruangan (air conditioner/AC).
Ukuran kinerja (performa) sebuah kulkas dan pendingin ruangan bisa diperoleh dengan menetapkan hasil bagi kalor Q2 yang dipindahkan dari sumber dingin dengan usaha W yang dibutuhkan untuk memindahkan kalor ini. Hasil bagi ini disebut koefisien performansi (diberi lambang Cp)
Perhatikan, Q2 > W sehingga Cp > 1 (koefisien performansi selalu lebih dari 1). Dengan memasukkan Q1 = Q2 + W atau W = Q1 – Q2 ke persamaan di atas kita peroleh:
Koefisien performansi paling besar yang
mungkin adalah mesin pendingin Carnot, yang prosesnya adalah kebalikan
dari mesin carnot. Untuk mesin carnot telah kita peroleh , sehingga jika
ini kita masukkan ke dalam persamaan kita peroleh:
Perhatikan bahwa besar usaha yang
diperlukan untuk menjalankan sebuah pendingin bertambah seiring dengan
bertambah besarnya selisih antara T1 dan T2. Kulkas dan AC komersial memiliki koefisien performansi dalam jangkauan 2 – 6, bergantung pada selisih suhu T1 dan T2. Perhatikan bahwa pendingin dengan Cp
lebih tinggi adalah pendingin yang lebih baik. Ini karena pendingin
tersebut memindahkan sejumlah kalor dengan usaha yang lebih kecil
(menghemat energi listrik) dan karena itu ongkos operasionalnya lebih
murah. Karena itu jika anda akan membeli sebuah kulkas atau AC, selain
faktor harga, perhatikan juga nilai koefisien performansinya. AC yang
murah tetapi Cp-nya rendah belum tentu menguntungkan secara
ekonomi. Karena Cp rendah berarti penggunaan energi listrik tidak
efisien. Anda akan membayar tagihan listrik yang lebih mahal setiap
bulan dibandingkan jika menggunakan AC yang mahal tetapi Cp-nya tinggi. Keunggulan lain AC yang Cp-nya
lebih tinggi adalah mengemat energi. Seperti telah diketahui bahwa
menghemat energi, selain menghemat devisa negara karena penggunaan BBM,
juga mengurangi polusi lingkungan akibat pembakaran BBM.
Lihat Juga:
Copast: Fisika Kontekstual
No comments:
Post a Comment