SUHU
Suhu adalah derajat panas atau
dinginnya suatu benda. Suhu dapat diukur dengan menggunakan alat yang
disebut termometer. Sifat yang diukur untuk menyatakan suhu disebut
sifat termometrik. Satuan suhu adalah derajat. Zat cair yang biasa
digunakan untuk mengisi termometer adalah air raksa karena raksa
memiliki beberapa kebaikan seperti:
- segera dapat mengambil panas benda yang akan diukur sehingga suhu air raksa segera dapat sama dengan suhu benda yang diukur
- dapat dipakai untuk mengukur suhu yang rendah sampai yang tinggi sebab air raksa memiliki titik beku pada 39oC dan titik didihnya pada suhu 357oC
- tidak membasahi dinding tabung sehingga pengukurannya menjadi lebih teliti
- pemuaian air raksa teratur, artinya linier terhadap kenaikan suhu kecuali pada suhu yang sangat tinggi
- mudah dilihat karena air raksa mengkilap
Alkohol
dapat juga digunakan untuk mengisi tabung termometer karena alkohol
dapat mengukur suhu yang lebih rendah lagi tetapi tidak dapat mengukur
suhu yang tinggi sebab titik bekunya -144oC dan titik didihnya 78oC. Jadi termometer alkohol sangat baik untuk mengukur suhu-suhu yang rendah tetapi tidak dapat mengukur suhu-suhu yang tinggi.
Air tidak digunakan untuk mengisi termometer karena jangkauan suhu air terbatas (0oC – 100oC),
tidak berwarna sehingga sulit dilihat, membasahi dinding tempatnya dan
memerlukan waktu lama sehingga mengurangi ketelitian pembacaan skala.
Untuk
menyatakan suhu dengan bilangan diperlukan patokan suhu yang tetap yang
dapat dibuat kembali dengan mudah dan teliti. Patokan suhu yang
digunakan disebut titik tetap.
Dari skala suhu yang ada sekarang telah ditetapkan:
a. Termometer skala Celsius
Memiliki
titik didih air 100°C dan titik bekunya 0°C. Rentang temperaturnya
berada pada temperatur 0°C – 100°C dan dibagi dalam 100 skala.
b. Temometer skala Reamur
Memiliki
titik didih air 80°R dan titik bekunya 0°R. Rentang temperaturnya
berada pada temperatur 0°R – 80°R dan dibagi dalam 80 skala.
c. Termometer skala Fahrenheit
Memiliki
titik didih air 212°F dan titik bekunya 32°F. Rentang temperaturnya
berada pada temperatur 32°F – 212°F dan dibagi dalam 180 skala.
d. Termometer skala Kelvin
Memiliki
titik didih air 373,15 K dan titik bekunya 273,15 K. Rentang
temperaturnya berada pada temperatur 273,15 K – 373,15 K dan dibagi
dalam 100 skala.
Jadi, jika diperhatikan pembagian skala tersebut, satu skala dalam derajat Celsius sama dengan satu skala dalam derajat Kelvin, sementara satu skala Celsius kurang dari satu skala Reamur dan satu skala Celsius lebih dari satu skala Fahrenheit. Secara matematis perbandingan keempat skala tersebut,yaitu sebagai berikut.
Termometer
Termometer
adalah alat yang dipakai untuk mengukur suhu dengan tepat dan
menyatakannya dengan angka. Secara umm termometer terbuat dari pipa kaca
yang diisi dengan zat cair. Prinsip dasar mengapa digunakannya zat cair
sebagai pengisi termometer adalah karena zat cair mengalami perubahan
volume seandainya suhu berubah. Beberapa jenis termometer dalam
kehidupan sehari-hari antara lain:
– Termometer klinis, digunakan untuk mengukur suhu badan manusia. Angka-angka pada termometer klinis didesain dari 35oC sampai dengan 42oC.
– Termometer
dinding, umumnya dipasang tegak di dinding dan digunakan untuk mengukur
suhu ruangan. Skala termometer dinding didesain dari -50oC sampai dengan 50oC.
– Termometer
Maksimum dan Minimum Six – Bellani, digunakan untuk mengukur suhu
maksimum dan minimum di dalam rumah kaca yang dipakai untuk menanam
tanaman sebagai bahan penelitian.
Kalorimeter
Dengan
menerapkan hukum kekekalan energi dapat dilakukan pengukuran-pengukuran
kalor atau kalorimetri. Kalorimeter adalah suatu alat yang dapat
digunakan untuk menentukan besarnya kalor jenis dari suatu zat.
Kalorimeter bekarja berdasarkan asas Black, yaitu besarnya kalor yang
dilepaskan oleh sebuah benda yang suhunya lebih tinggi akan sama dengan
kalor yang diterima oleh benda yang bersuhu lebih rendah.
Kalorimeter dibuat dari bejana yang sudah diketahui kalor jenisnya (ck)
misalnya tembaga atau aluminium. Bejana ini dimasukkan ke dalam bejana
yang lebih besar kemudian ditutup dengan kayu. Pada tutup ini dilengkapi
dengan dua buah lubang, yang satu untuk termometer dan yang satunya
untuk pengaduk. Supaya tidak ada panas yang hilang, di antara bejana
yang kecil dan yang besar diletakkan gabus. Langkah-langkah penggunaan
kalorimeter yaitu:
– Kalorimeter dan pengaduknya ditimbang (mk)
– Kalorimeter diisi air lalu ditimbang lagi. Hasilnya dikurangi dengan mk, maka diperoleh massa air (ma).
– Suhu kalorimeter berikut air dan pengaduknya diukur dengan termometer (ta = tk)
– Bahan yang akan diukur kalor jenisnya ditimbang (mx)
– Bahan dipanaskan kemudian diukur suhunya (tx)
– Bahan yang sudah dipanaskan dimasukkan ke dalam kalorimeter dan diaduk perlahan kemudian diukur suhu campurannya (tcp)
Dalam
hal ini, yang melepaskan kalor adalah bahan yang akan dicari kalor
jenisnya dan benda yang menerima kalor adalah air dan kalorimeter.
Menurut hukum kekekalan energi:
Dengan memasukkan harga-harga dari hasil pengukuran di atas maka kalor jenis bahan (cx) dapat dihitung.
Persamaan Kalor
Pada
saat memanaskan air dengan menggunakan kompor misalnya, maka api dari
kompor memberikan kalor kepada air. Beberapa saat kemudian, air akan
menjadi hangat dan akhirnya menjadi panas. Itu berarti air mengalami
kenaikan suhu. Dari kejadian ini dapat disimpulkan bahwa kalor yang
diberikan pada suatu zat dapat menaikkan suhu zat tersebut. Jika air
telah mencapai suhu 100oC (titik didih air) dan terus
dipanaskan maka lama kelamaan air jumlah air akan semakin berkurang
karena telah berubah menjadi uap atau dengan kata lain, jika suhu suatu
zat telah mencapai titik didih maka kalor yang diberikan digunakan untuk
mengubah wujud. Semakin
banyak jumlah air yang dipanaskan maka waktu yang diperlukan untuk
memanaskan air semakin lama atau dengan kata lain kalor yang diperlukan
semakin banyak. Dari
uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kalor yang diberikan sebanding
dengan perubahan suhu suatu zat dan juga sebanding dengan massa zat.
Secara matematis:
Besaran m .c pada persamaan kalor di atas disebut dengan kapasitas kalor (C). Secara matematis:
Jadi kapasitas kalor adalah banyaknya kalor yang diperlukan untuk menaikkan suhu suatu zat sebesar 1oC dengan satuan J/oC.
Asas Black
Apabila
suatu zat dicampur dengan zat lain yang suhunya berbeda, maka antara
kedua zat itu akan terjadi pertukaran kalor hingga tercapainya
keseimbangan termal dimana suhu kedua zat akan sama. Black menemukan
bahwa pada proses pencampuran ini, besarnya kalor yang dilepaskan oleh
zat yang suhu awalnya lebih tinggi akan sama dengan besarnya kalor yang
diterima oleh zat yang suhu awalnya lebih rendah. Black kemudian
merumuskan asasnya yang berbunyi: kalor yang dilepas sama dengan kalor
yang diterima. Asas Black merupakan bentuk lain dari hukum kekekalan
energi, yaitu banyaknya energi selalu tetap. Artinya, bila sebuah benda
memberikan kalor kepada benda lain, maka kalor yang diterima sama dengan
kalor yang diberikan. Secara matematis:
Perubahan Wujud Zat
Telah
ditunjukkan sebelumnya bahwa kalor dapat mengubah wujud suatu zat. Tapi
perubahan wujud ini tidak selalu memerlukan kalor dalam prosesnya namun
ada juga perubahan wujud yang dalam prosesnya justru melepaskan kalor.
Perubahan wujud zat dapat dibedakan menjadi perubahan fisika dan
perubahan kimia. Perubahan fisika adalah perubahan wujud yang terjadi
pada suatu zat dimana zat tersebut dapat dikembalikan lagi ke wujud
semula atau dalam proses perubahan itu tidak dihasilkan zat baru.
Misalnya lilin jika dibakar akan meleleh dan ketika didinginkan maka
akan kembali menjadi padat. Perubahan kimia adalah perubahan wujud zat
dimana zat tersebut tidak dapat kembali ke wujud semula atau pada proses
perubahan itu dihasilkan zat baru. Misalnya kertas yang dibakar akan
menjadi arang dan tidak dapat kembali lagi menjadi kertas. Dalam
pokok bahasan ini akan dibahas mengenai perubahan fisika. Perubahan
fisika meliputi melebur, membeku, mengembun, menguap, dan menyublim. Melebur
adalah perubahan wujud zat dari padat menjadi cair sedangkan membeku
adalah perubahan wujud zat dari cair menjadi padat. Ketika melebur
terjadi penyerapan kalor sedangkan ketika membeku terjadi pelepasan
kalor. Untuk melebur ataupun membeku, suatu zat harus mencapai suatu
suhu tertentu yang disebut titik lebur atau titik beku. Kalor dalam
joule yang diperlukan untuk meleburkan 1 kg zat padat menjadi 1 kg zat
cair pada titik leburnya disebut kalor lebur. Sebaliknya, kalor yang
dilepaskan pada waktu 1 kg zat cair membeku menjadi 1 kg zat padat pada
titik bekunya disebut kalor beku. Untuk zat yang sama, titik lebur sama
dengan titik bekunya dan kalor lebur sama dengan kalor bekunya.
Secara matematis:
Menguap
adalah perubahan wujud zat dari zat cair menjadi gas dan sebaliknya
mengembun adalah perubahan wujud zat dari gas menjadi cair. Ketika
menguap terjadi penyerapan kalor dan sebaliknya ketika mengembun terjadi
pelepasan kalor. Zat cair dikatakan mendidih jika terjadi
gelembung-gelembung uap di dalam seluruh zat cair dan dapat meninggalkan
zat cair. Suhu zat ketika mendidih disebut titik didih. Banyaknya kalor
dalam joule yang diperlukan untuk menguapkan 1 kg zat cair menjadi 1 kg
gas pada titik didihnya disebut kalor uap. Sebaliknya banyaknya kalor
yang dilepaskan 1 kg gas ketika berubah menjadi zat cair disebut kalor
embun. Untuk zat yang sama, kalor uap sama dengan kalor embunnya.
Secara matematis:
Menyublim
adalah perubahan wujud zat padat menjadi gas tanpa melalui fase cair
atau sebaliknya dari gas menjadi padat. Ketika zat padat berubah menjadi
gas terjadi penyerapan kalor dan ketika gas menjadi zat padat terjadi
pelepasan kalor. Contoh zat yang dapat menyublim adalah kapur barus,
yodium, dan naftalin.
PERPINDAHAN KALOR
Kalor
adalah energi yang diterima oleh sebuah benda sehingga suhu benda
tersebut naik atau melakukan perubahan wujud. Satuan kalor adalah kalori
atau disingkat kal. Satu kalori adalah banyaknya kalor yang diperlukan
untuk memanaskan 1 gram air sehingga suhunya naik 10C. James
Prescott Joule, seorang ahli fisika dari Inggris, mempelajari hubungan
antara timbul dan hilangnya kalor terhadap perubahan energi mekanik.
Melalui percobaan yang dilakukan berulang kali akhirnya diperoleh
hubungan sebagai berikut:
1 kal = 4,2 joule
1 kkal = 4.200 joule
1 joule = 0,24 kal
Perpindahan
kalor dari suatu benda terjadi jika ada perubahan atau perbedaan suhu,
sedangkan jika suhunya sama akan terjadi keseimbangan yang berarti tidak
ada perpindahan kalor atau energi. Perpindahan kalor dapat
dikelompokkan dalam tiga bagian yaitu perpindahan kalor secara :
· Konduksi (hantaran)
Konduksi
adalah proses transformasi panas di dalam zat perantara dimana energi
panas berpindah dari molekul yang satu ke molekul yang ada di dekatnya
hanya dengan jalan getaran termal berkala, tanpa ada pemindahan massa
zat perantara sama sekali.
Contoh
konduksi terjadi pada besi yang salah satu ujungnya dipanaskan. Untuk
mencegah konduksi pada barang-barang rumah tangga yang terbuat dari
logam yaitu dengan menambahkan bahan isolator seperti plastik pada
pegangan sendok, panci, dan lain-lain.
· Konveksi (aliran)
Konveksi
adalah proses pemindahan panas dari suatu tempat ke tempat lain melalui
perpindahan massa zat cair atau gas yang dipanasi dari tempat satu ke
tempat yang lain. Hanya terjadi pada zat cair dan gas.
Contoh
penerapan konveksi antara lain cerobong asap, pengisian gas freon, obat
nyamuk, minyak wangi, dan lain-lain. Untuk mencegah terjadinya konveksi
terutama pada bangunan biasanya dipasang plafon di bagian bawah atap
bangunan.
· Radiasi (pancaran)
Radiasi
adalah transformasi energi panas lantaran gelombang elektromagnetik,
tidak ada zat perantara yang memegang peranan dalam proses pemindahan
ini.
Contoh
: radiasi sinar matahari. Untuk mencegah terjadinya radiasi misalnya
pemakaian kostum anti radiasi, rumah dicat putih agar memantulkan
kembali kalor radiasi matahari.
Pemuaian
Jika
suatu zat diberikan kalor maka zat itu akan memuai atau bertambah
besarnya tergantung pada jenis bahan, ukuran benda mula-mula, dan
besarnya perubahan suhu atau kalor yang diberikan. Pemuaian ada tiga
macam yaitu muai panjang, muai luas, dan muai volume. Zat padat
mengalami ketiga pemuaian tersebut sedangkan zat cair dan gas hanya
mengalami muai volume saja.
Muai
panjang dialami oleh zat padat yang luas penampangnya sangat kecil bila
dibandingkan dengan panjangnya. Perubahan panjang per satuan panjang
tiap derajat perubahan suhu disebut koefisien muai panjang zat padat.
Secara matematis:
Koefisien muai luas suatu zat adalah perubahan luas per satuan luas tiap derajat perubahan suhu. Secara matematis:
Koefisien muai volume adalah perubahan volume per satuan volume tiap derajat perubahan suhu. Secara matematis:
Lihat Juga:
No comments:
Post a Comment